Oleh: Wendra Wijaya
Tanah basah hujan pertama senja itu kembali membumbungkan ingatanku akan dirimu. Kembali menciptakan jejak-jejak sang pejalan jauh. Ia tetap mengada, meski tersimpan rapi di balik peraduannya.
Hari ini, hari yang kesekian, kembali aku mencari jejak-jejak dalam kata itu. Sebuah isyarat keberadaan sang pejalan jauh yang kini tak lagi pernah kutemui.
Sungguh, ia begitu misterius. Menyimpan rapi rahasia keberadaannya di tempat yang entah. Di sebuah masa dimana dunia tak berbatas, tetapi tetap terasing. Di sebuah masa dimana ruang-ruang semakin padat, (mungkin) tanpa menyisakan sepatah kata di dalam keheningan hatinya.
Barangkali, ia telah meninggalkan jejak-jejak itu. Barangkali juga, ia telah meninggalkan sepucuk surat yang akan mengantarkanku kembali ke peraduan hitamnya. Bercengkrama, menjalin sebuah rasa dalam setiap perbedaan yang ada.
Aku dan secuil hatiku masih menyisakan satu ruang untuknya. Sebuah ruang yang tetap terkunci, terjaga dan mengada di kedalaman hatiku. Ya, aku ingin tetap menjaga ingatan tentang dirinya, meski hanya melalui sepatah kata dan sebait doa.
Setelah tanah basah hujan pertama senja itu, ijinkan aku tetap melangkah. Berusaha mencari bayang-bayang yang semakin jauh meninggalkanku….
Tanah basah hujan pertama senja itu kembali membumbungkan ingatanku akan dirimu. Kembali menciptakan jejak-jejak sang pejalan jauh. Ia tetap mengada, meski tersimpan rapi di balik peraduannya.
Hari ini, hari yang kesekian, kembali aku mencari jejak-jejak dalam kata itu. Sebuah isyarat keberadaan sang pejalan jauh yang kini tak lagi pernah kutemui.
Sungguh, ia begitu misterius. Menyimpan rapi rahasia keberadaannya di tempat yang entah. Di sebuah masa dimana dunia tak berbatas, tetapi tetap terasing. Di sebuah masa dimana ruang-ruang semakin padat, (mungkin) tanpa menyisakan sepatah kata di dalam keheningan hatinya.
Barangkali, ia telah meninggalkan jejak-jejak itu. Barangkali juga, ia telah meninggalkan sepucuk surat yang akan mengantarkanku kembali ke peraduan hitamnya. Bercengkrama, menjalin sebuah rasa dalam setiap perbedaan yang ada.
Aku dan secuil hatiku masih menyisakan satu ruang untuknya. Sebuah ruang yang tetap terkunci, terjaga dan mengada di kedalaman hatiku. Ya, aku ingin tetap menjaga ingatan tentang dirinya, meski hanya melalui sepatah kata dan sebait doa.
Setelah tanah basah hujan pertama senja itu, ijinkan aku tetap melangkah. Berusaha mencari bayang-bayang yang semakin jauh meninggalkanku….
0 komentar:
Posting Komentar