Sejarah Purnama

Oleh: Boyke SN

Kubaca lalu kutulis
Kuhitung lalu kuhapalkan
Warna pelangi padanya
diurat-urat hujan kecil

Sesederhana puisi
Kutangkap hening
menggelapkan malam
Dan kuisi sejarah untuk purnama
Bercumbu paham tiap detak jantung
Gelora ombak seperti percintaan
terpendam masa lalu
mempertemukan wajah
di warna-warni
Seluruh arah
hingga dering telepon terakhir
menghentikan suara-suara
antar desa dipisah kali

Lihat (Baca) juga Karya Lainnya:



1 komentar:

Dharma Nitha Sangkala mengatakan...

To Mr. Boyke Sukses selalu buat anda. Kreatifitas takkan luntur dan mati mesti dunia kita ada dalam gambaran garis perut semata..... Kelam kelabu masa lalu menorehkan sejarah peradaban disosial ,yg nanti kita dongengkan pada anak cucu bahkan cicit.

Posting Komentar

Prolog

Era tahun 90-an. Kota Negara (Jembrana) bagai atraksi; baca puisi, lomba cipta puisi, musikalisasi puisi, pentas teater, mulai dari desa kedesa sampai ke acara resmi pemerintah daerah.

Kalau dirinci puluhan kelompok sanggar selalu rutin menggelar pentas keseniannya, mulai Sanggar Gardi Loloan, sanggar Prasasti, Teater Kene, Sanggar Susur, Sanggar Pilot, Sanggar
Kenari, Kelompok Pesaji, Teater Hitam Putih, Teater GAR, Padukuhan Seni Tibu Bunter, KPSJ, Bali Experimental Teater, dan banyak lagi yang diam-diam menggelar aktifitasnya sendiri.

Rajer Babat (Rembug Apresiasi Jembrana Bali Barat) Purnama Kapat merupakan wadah kreativitas seniman-seniman muda yang getol menggeluti kesenian modern di kota Makepung, kendati jauh dari hiruk pikuk metropolitan dan serba minimalis. Penyelenggaraan kesenian hanyalah menghandalkan honor nulis puisi, prosa di media setempat.

Kemana-mana, mengajukan proposal atau ijin keramaian misalnya, dilakukan dengan berjalan kaki atau kadang naik sepeda pancal. Kalau ingin naik sepeda motor, harus nunggu teman yang kebetulan mampir atau sekedar mencari keramaian di posko. Tapi, tanpa mengurangi taksu (baca: jiwa) tentunya!

Apresiasi

Kategori


 

dimodifikasi oleh Wendra